[7 Maret 2016]
Abdul Halim (ejaan lama: Abdoel Halim) (lahir di
Bukittinggi, Sumatera Barat, 27 Desember 1911 – meninggal di Jakarta, 4 Juli
1987 pada umur 75 tahun) adalah Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Halim
(1949) yang memerintah ketika Republik Indonesia menjadi bagian Republik
Indonesia Serikat.
Abdul Halim lahir dari pasangan Achmad Sutan Iyus dan Darama
asal Banuhampu, Agam, Sumatera Barat. Pada usia 7 tahun, Abdullah, sepupu
ibunya yang pada waktu itu menjadi salah satu pemimpin Bataafsche Petroleum
Maatscappij (BPM - sekarang dikenal sebagai Pertamina) membawanya ke Jakarta.
Disini ia menerima pendidikan sejak di HIS, MULO, AMS B, hingga lulus dari GHS
(Geneeskundige Hooge School atau Sekolah Kedokteran, sekarang Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia).
Sejak Proklamasi 1945 ia duduk sebagai Wakil Ketua BP-KNIP
bersama Assaat yang menjabat Ketua BP-KNIP. Badan Pekerja (BP) yang
beranggotakan 28 orang, adalah badan pelaksana yang melakukan pekerjaan sehari-hari
dari Komite Nasional Indonesia Pusat yang beranggotakan 137 orang.
Pada tahun 1948, Halim ikut membentuk Pemerintah Darurat
Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera Barat. Pada masa revolusi fisik
(1945-1949) ia tidak pernah melakukan praktik dokter. Selain sebagai politisi,
Halim juga mempunyai hobi memelihara mobil kesayangannya. Sehingga oleh
kawan-kawannya, ia dijuluki sebagai "dokter mobil" alias "montir
mobil".
Pada masa Republik Indonesia Serikat, ia dipercaya sebagai
Perdana Menteri di mana Mr. Assaat sebagai acting Presiden. Kemudian setelah
RIS ia duduk dalam Kabinat Natsir. Setelah melepaskan jabatan sebagai Menteri
Pertahanan (ad interim) di Kabinet Natsir, Abdul Halim kembali menekuni
bidangnya sebagai dokter dan menjabat direktur Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Jakarta (1951-1961). Abdul Halim terakhir menjabat sebagai Inspektur Jenderal
RSCM dan meninggal di Jakarta.
Jauh dari kegiatan politik, Halim yang memiliki hobi bermain
sepak bola, terlibat dalam pembentukan Voetbalbond Indonesische Jakarta
(sekarang Persija) pada tahun 1927. Di klub tersebut ia menjadi ketua selama
beberapa tahun. Dari 1951-1955 ia menjabat sebagai Vice Chairman dan kemudian
ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Halim diangkat sebagai ketua Ikada
Foundation yang membangun Stadion Ikada, Jakarta. Pada tahun 1952 ia memimpin
kontingen Indonesia pertama dalam Olimpiade Helsinki.
[Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Abdoel_Halim ]
Dari kisah pahlawan tersebut kita bisa belajar dari perbuatan yang telah ia perbuat...
Dari kisah pahlawan tersebut kita bisa belajar dari perbuatan yang telah ia perbuat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar