
[11 Maret 2016]
Abdoel Moeis (lahir di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, 3 Juli 1883 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun) adalah seorang sastrawan, politikus, dan wartawan Indonesia. Dia merupakan pengurus besar Sarekat Islam dan pernah menjadi anggota Volksraad mewakili organisasi tersebut. Abdul Muis dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional yang pertama oleh Presiden RI, Soekarno, pada 30 Agustus 1959.
Abdul Muis adalah seorang Minangkabau, putra Datuk
Tumangguang Sutan Sulaiman. Ayahnya merupakan seorang demang yang keras
menentang kebijakan Belanda di dataran tinggi Agam. Selesai dari ELS, Abdul
Muis melanjutkan pendidikannya ke Stovia (sekolah kedokteran, sekarang Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia), Jakarta. Namun karena sakit, ia tidak
menyelesaikan pendidikannya di sana.
Abdul Muis memulai kariernya sebagai klerk di Departemen
Onderwijs en Eredienst atas bantuan Mr. Abendanon yang saat itu menjabat
sebagai Direktur Pendidikan. Namun pengangkatannya itu tidak disukai oleh
karyawan Belanda lainnya. Setelah dua setengah tahun bekerja di departemen itu,
ia keluar dan menjadi wartawan di Bandung. Pada tahun 1905, ia diterima sebagai
anggota dewan redaksi majalah Bintang Hindia. Kemudian ia sempat menjadi mantri
lumbung, dan kembali menjadi wartawan pada surat kabar Belanda Preanger Bode
dan majalah Neraca pimpinan Haji Agus Salim.
Pada tahun 1913 ia bergabung dengan Sarekat Islam, dan
menjadi Pemimpin Redaksi Harian Kaoem Moeda. Setahun kemudian, melalui Komite
Bumiputera yang didirikannya bersama Ki Hadjar Dewantara, Abdul Muis menentang
rencana pemerintah Belanda mengadakan perayaan peringatan seratus tahun
kemerdekaan Belanda dari Perancis.[butuh rujukan]
Tahun 1917 ia dipercaya sebagai utusan Sarekat Islam pergi
ke negeri Belanda untuk mempropagandakan komite Indie Weerbaar. Dalam kunjungan
itu, ia juga mendorong tokoh-tokoh Belanda untuk mendirikan Technische Hooge
School – Institut Teknologi Bandung (ITB) di Priangan. Pada tahun 1918, Abdul
Muis ditunjuk sebagai anggota Volksraad mewakili Central Sarekat Islam.
Bulan Juni 1919, seorang pengawas Belanda di Toli-Toli,
Sulawesi Utara dibunuh setelah ia berpidato disana. Abdul Muis dituduh telah
menghasut rakyat untuk menolak kerja rodi, sehingga terjadi pembunuhan
tersebut. Atas kejadian itu dia dipersalahkan dan dipenjara. Selain berpidato
ia juga berjuang melalui berbagai media cetak. Dalam tulisannya di harian
berbahasa Belanda De Express, Abdul Muis mengecam seorang Belanda yang sangat
menghina bumiputera.
Pada tahun 1920, dia terpilih sebagai Ketua Pengurus Besar
Perkumpulan Buruh Pegadaian. Setahun kemudian ia memimpin pemogokan kaum buruh
di Yogyakarta. Tahun 1923 ia mengunjungi Padang, Sumatera Barat. Disana ia
mengundang para penghulu adat untuk bermusyawarah, menentang pajak yang
memberatkan masyarakat Minangkabau. Berkat aksinya tersebut ia dilarang
berpolitik. Selain itu ia juga dikenakan passentelsel, yang melarangnya tinggal
di Sumatera Barat dan keluar dari Pulau Jawa. Kemudian ia diasingkan ke Garut,
Jawa Barat. Di kota ini ia menyelesaikan novelnya yang cukup terkenal : Salah
Asuhan.
Tahun 1926 ia terpilih menjadi anggota Regentschapsraad
Garut. Dan enam tahun kemudian diangkat menjadi Regentschapsraad Controleur.
Jabatan itu diembannya hingga Jepang masuk ke Indonesia (1942).
Setelah kemerdekaan, ia mendirikan Persatuan Perjuangan
Priangan yang fokus pada pembangunan di Jawa Barat dan masyarakat Sunda. Tahun
1959 ia wafat dan dimakamkan di TMP Cikutra, Bandung
Karya
+Salah Asuhan (novel 1928, difilmkan Asrul Sani 1972),
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Robin Susanto dan diterbitkan dengan
judul Never the Twain oleh Lontar Foundation sebagai salah satu seri Modern
Library of Indonesia
+Pertemuan Jodoh (novel 1933)
+Surapati (novel 1950)
+Robert Anak Surapati(novel 1953)
Terjemahan
+Don Kisot (karya Miguel de Cervantes, 1923)
+Tom Sawyer Anak Amerika (karya Mark Twain, 1928)
+Sebatang Kara (karya Hector Malot, 1922)
+Tanah Airku (karya C. Swaan Koopman, 1950)
[Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Abdoel_Moeis ]
Dari kisah pahlawan tersebut kita bisa belajar dari perbuatan yang telah ia perbuat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar